ORTOPEDAGOGIK
GANGGUAN PENGLIHATAN
Layanan pendidikan dan rehabilitasi bagi penyandang
gangguan penglihatan yag disertai gangguan lainnya
Oleh :
Ardila Prasetyo
Arise
Doni Pratama
Ridwan Bin Syafrial
Riza Febriyanti
PENDIDIKAN
LUAR BIASA
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGRI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang utama, penulis
memanjatkan puji dan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang diambil dari salah satu materi
perkuliahan ortopedagogik gangguan penglihatan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah ortopedagogik gangguan penglihatan. Penulis
menyadari makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak
kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Padang , 24 April 2013
Penulis,
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... ..1
Daftar Isi............................................................................................................................... ..2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................................................3
1.2 Tujuan.........................................................................................................................3
1.3 Rumusan
Masalah......................................................................................................3
BAB
II PEMBAHASA
2.1 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang
disertai gangguan pendengaran.................................................................................................................5
2.2 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan intelektual...................................................................................................................7
2.3 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan
fisik dan motorik........................................................................................................................8
2.4 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan
autistik...........10
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................................12
3.2 Kritik dan Saran.........................................................................................................12
Daftar
Pustaka.................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan
sangatlah penting, baik itu pendidikan bagi anak normal maupun pendidikan bagi
anak dengan berkebutuhan khusus. Khususnya dalam pembahasan makalah ini yaitu
layanan pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yang disertai dengan
ketunaan lainnya.Oleh karena itu setiap orang wajib mendapatkan layanan
pendidikan tanpa terkecuali seperti yang telah diatur dalam UU begitu juga
dengan anak tunanetra yang mengalami ketuna gandaan .
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini dalah agar kita
sebagai calon pendidik nantinya dapat mengetahui bagaimana layanan yang harus
kita berikan bagi anak berkebutuhan khusus khususnya anak dengan gangguan
pengkihatan yang disertai dengan ketunaan lainnya atau yang disebut dengan
tunaganda.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dari observasi yang kami lakukan adalah bagaimana pelayanan pendidikan
yang diberikan kepada anak tunanetra yang memiliki ketunanetraan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ketunagandaan
Menurut
Johnston Tuna ganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup
kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang
disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti
intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.
Departemen Pendidikan Amerika Serikat memberikan pengertian
anak-anak yang tergolong tunaganda adalah anak-anak yang karena mempunyai
masalah-masalah jasmani, mental atau emosional yang sangat berat atau kombinasi
dari beberapa masalah tersebut, sehingga agar potensi mereka dapat berkembang
secara maksimal memerlukan pelayanan pendidikan sosial, psikology dan medis
yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum.
Jadi, tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis
kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius
,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus
untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program
pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.
Anak tunaganda biasanya menunjukkan
fenomena-fenomena perlaku di antaranya :
1. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak
dapat berkomunikasi.
2. Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat.
3. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan
tidak bertujuan.
4. Kurang dalam keterampilan menolong diri
sendiri.
5. Jarang berperilaku dan berinteraksi yang
sifatnya konstruktif.
6. Kecenderungan lupa akan keterampilan
keterampilan yang sudah dikuasai.
7. Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan
keterampilan keterampialan dari suatu situasi ke situasi lainnya.
2.2 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan
yang disertai gangguan pendengaran
Anak
buta-tuli adalah seorang anak yang memiliki gangguan penglihatan dan
pendengaran, suatu gabungan yang menyebabkan problema komunikasi dan problema
perkembangan pendidikan lainnya yang berat sehingga tidak dapat diberikan
program pelayanan pendidikan baik di sekolah yang melayani untuk anak-anak tuli
maupun di sekolah yang melayani untuk anak-anak buta. Namun demikian, bukan
berarti anak buta-tuli harus dirampas haknya untuk mendapatkan layan
pendidikan. Dengan penangan yang baik dan tepat, anak-anak buta-tuli masih bisa
dididik dan berhasil. Anak-anak yang tergolong tunaganda seringkali memiliki
kombinasi-kombinasi ketidakmampuan yang tampak nyata maupun yang tidak begitu
nyata dan keduanya memerlukan penambahan-penambahan atau
penyesuaian-penyesuaian khusus dalam pendidikan mereka. Melalui program
pengajaran yang sesuaiakan memungkinkan mereka dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang berguna, bermakna, dan memuaskan pribadinya.
Kelainan Utama tunanetra yang mengalami
ketunarunguan adalah dua kelainan utama itu yang menyebabkan anak mengalami
gangguan, maka dalam memberikan pelayanan pendidikan, indra yang masih baik
kondisinya memperoleh perhatian utama untuk difungsikan yaitu indra peraba atau
tangan. Bagi anak seperti ini, maka saluran penglihatan digunakan untuk
membentuk sistem komunikasi berdasarkan isyarat ejaan jari yang diletakkan pada
telapak tangan anak. Anak buta-tuli adalah seorang anak yang memiliki gangguan
penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang menyebabkan problema
komunikasi dan problema perkembangan pendidikan lainnya yang berat sehingga
tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan baik di sekolah yang
melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang melayani untuk anak-anak
buta. Namun demikian, bukan berarti anak buta-tuli harus dirampas haknya untuk
mendapatkan layan pendidikan. Dengan penangan yang baik dan tepat, anak-anak
buta-tuli masih bisa dididik dan berhasil. Anak-anak yang tergolong tunaganda
seringkali memiliki kombinasi-kombinasi ketidakmampuan yang tampak nyata maupun
yang tidak begitu nyata dan keduanya memerlukan penambahan-penambahan atau
penyesuaian-penyesuaian khusus dalam pendidikan mereka. Melalui program
pengajaran yang sesuaiakan memungkinkan mereka dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang berguna, bermakna, dan memuaskan pribadinya.
Layanan pendidikan dan rehabilitasi yang diberikan adalah :
1. Memberikan layanan komunikasi , agar anak dengan gangguan ini
setidaknya mampu untuk berkomunikasi
dengan orang yang ada di lingkungan sekitarnya . Komunikasi ini bisa dilakukan
dengan bahasa isyarat yang diejakan di telapak tangan tunanetra-tuli.
2. Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan
khusus, alat Bantu peraga dan alat peraga.
a. Alat Pendidikan Khusus :Reglet dan pena,Mesin tik Baille,Printer
Braille,abacus
b. Alat Bantu
Alat bantu perabaan (buku-buku, air
panas/dingin, batu, dsb)
Alat
Bantu pendengaran (kaset, CD, talkingbooks)
c. Alat Peraga
Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga
yang dapat diamati melalui perabaan.(patung hewan, patung tubuh manusia , peta
timbul)
3.
Layanan Pendidikan
1. Jenjang Pendidikan dan lama pendidikan :
a. TKKh/TKLB : 3 tahun
b. SDKh/SDLB : 6 tahun
c. SMPKh/SMPLB : 3 tahun
d. SMAKh/SMALB : 3 tahun
2. Model Pendidikan
a. Pendidikan Khusus (SLB)
Pendidikan Khusus (SLB) adalah lembaga pendidikan yang menyeleng-garakan
program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
b. Guru Kunjung
Model guru kunjung dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan bagi anak
tunanetra usia sekolah. Model ini diberlakukan dalam hal anak tunanetra tidak
dapat belajar di sekolah khusus atau sekolah lainnya karena tempat tinggal yang
sulit dijangkau, jarak sekolah dan rumah terlalu jauh, kondisi anak tunanetra
yang tidak memungkinkan untuk berjalan, menderita berkepanjuangan , dan
lain-lain.
2.3 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan
yang disertai gangguan intelektual
Pendekatan layanan pendidikan bagi
anak tunagrahita-tunanetra lebih diarahkan pada pendekatan individual dan
pendekatan remediatif . Pendekatan individual didasarkan pada assesment
kemampuan untuk mengembangkan sisa potensi yang ada dalam dirinya. Tujuan utama
layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah penguasaan kemampuan aktivitas
kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri sendiri. Untuk mencapai itu perlu
pembelajaran mengurus diri sendiri dan pengembangan keterampilan vocational
terbatas sesuai kemampuannnya.
Layanan pendidikan khusus bagi anak
tunagrahita meliputi latihan sensomotorik, terapi bermain dan okupasi, dan
latihan mengurus diri sendiri. Pendekatan pembelajaran dilakukan secara
individual dan remediatif. Perkembangan kemampuan anak berdasarkan tingkat
kemampuan kognitifnya. Anak yang ber IQ 55 - 70 berbeda dengan yang
ber IQ 35 – 55. Sehingga dalam sebaran IQ tersebut juga berbeda dalam
layanan masing-masing.
Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi
mental dapat diberikan pada:
1.
Sekolah Khusus
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita-tunanetra
model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak
dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama
keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di
kelas khusus.
2.
Program sekolah di rumah
Progam ini
diperuntukkan bagi anak tunagrahita-tunanetra yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram
dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal
ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
3. Panti (Griya) Rehabilitasi
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada
tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada
umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik.
Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini
terbatas dalam hal :
a. Pengenalan diri
b. Sensorimotor dan persepsi
c. Motorik kasar dan ambulasi
(pindah dari satu temapt ke tempat lain)
d. Kemampuan berbahasa dan dan
komunikasi
e. Bina diri dan kemampuan
sosial
2.4 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan
yang disertai gangguan fisik dan
motorik
Layanan pendidikan yang spesifik
bagi anak tunadaksa-tunanetra adalah pada bina gerak. Untuk memberikan layanan
bina gerak yang tepat diperlukan dukungan terapi, khususnya fisioterapi untuk
memulihkan kondisi otot dan tulang anak agar tidak semakin menurun
kemampuannnya. Selain itu dukungan untuk bina diri diperlukan terapi okupasi
dan bermain. layanan pendidikan bagi anak tunadaksa perlu memperhatikan tiga
hal, yaitu :
a. Pendekatan multidisipliner dalam program
rehabilitasi anak tunadaksa
b. Program pendidikan sekolah
c. Layanan bimbingan dan konseling
Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa-tunanetra diberikan
pada:
1.
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk
Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB
merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat
persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit
sekolah dengan satu kepala sekolah.
2.
Sekolah Luar
Biasa Berasrama
Sekolah Luar
Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan
fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal diasrama. Pengelolaan
asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehingga di SLB
tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit
asrama. Bentuk satuan pendidikannyapun juga sama dengan bentuk SLB di atas,
sehingga ada SLB-A untuk anak tunanetra, SLB-B untuk anak tunarungu, SLB-C
untuk anak tunagrahita, SLB-D untuk anak tunadaksa, dan SLB-E untuk anak
tunalaras, serta SLB-AB untuk anak tunanetra dan tunarungu.
Pada SLB
berasrama, terdapat kesinambungan program pembelajaran antara yang ada di
sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah
anak di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang
sesuai bagi peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas
fasilitas antar jemput.
3. Fasilitas pendukung pendidikan
yang berkaitan dengan diri anak adalah :
a. Brace
Brace
merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk memperkuat otot dan tulang.
Biasanya digunakan di kaki, punggung atau dileher. Fungsim brace berguna untuk
menyangga beban yang tertumpu pada otot atau tulang.
b. Crutch
Kruk adalah
alat penyangga tubuh yang ditumpukkan pada tangan atau ketiak untuk menyangga
beban tubuh.
c. Splint
Splint
adalah alat untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota
tubuh yang sakit tidak salah bentuk.
d. Whell chair
Menurut
bentuknya kursi roda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kursi roda yang
roda besarnya di depan dan kursi roda yang roda besarnya di belakang. Kursi
roda yang roda besarnnya di depan dapat berputar di tempat yang sempit. Kursi
roda yang roda besarnya di belakang dapat masuk ke kolong tempat tidur,
sehingga memudahkan untuk berpindah tempat.
Selain
fasilitas pendukung tersebut di atas, fasilitas lain yang mendukung pendidikan
untuk anak tunadaksa adalah ruangan terapi dan peralatan terapi. Terapi yang
berkaitan langsung dengan anak tunadaksa adalah fisioterapi terapi bermain, dan
terapi okupasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meskipun
memeliki berbagai macam keterbatasan-keterbatasan dalam mengekspresikan
kemampuannya, anak-anak tunaganda tetap dapat diberikan proses belajar mengajar
sehingga mereka tetap tidak kehilangan haknya untuk mendapatkan layanan
pendidikan seiring dengan program “education for all”. Tes inteligensi
tradisional kurang manfaatnya untuk mengukur anak tunaganda. Untuk itu, para
guru perlu mengamati kemampuan-kemampuan yang unik serta
keterbatasan-keterbatasan yang diperlihatkan oleh anak-anak tunaganda. Walaupun
setiap anak memperlihatkan karakteristik individual yang berkaitan dengan
fisik, intelektual dan social, anak-anak tunaganda seringkali memperlihatkan
perilaku seperti: sedikit atau tidak dapat berkomunikasi, terbelakang dalam
perkembangan fisik dan motoriknya, sering berprilaku yang tidak tepat, kurang
dalam ketrampilan menolong diri sendiri dan jarang berprilaku atau berinteraksi
yang sifatnya konstrutif. Walaupun terdapat banyak kemungkinan kombinasi
kecacatan yang berbeda-beda, kondisi-kondisi kecacatan majemuk sudah dikenal
oleh para pendidik, seperti kombinasi antara tunagrahita dengan gangguan pendengaran,
antara tunagrahita dengan masalah perilaku yang berat, autisme, antara gangguan
perilaku dengan gangguan pendengaran dan kombinasi antara ketulian dan
kebutaan. Untuk mengatasi masalah anak tunaganda diperlukan tindakan
menggunakan pendekatan multidisipliner.
3.2Kritik dan
Saran
Dengan
ditulisnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
bagi yang membutuhkan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
http://saung-anggie.blogspot.com/2009/07/model-pelayanan-pendidikan-untuk
anak.html diakses pada tanggal 13 mei 2013