Minggu, 09 Juni 2013

Makalah Layanan Pendidikan dan Rehabilitasi Penyandang Gangguan Perlihatan yang disertai dengan ketunagandaan

 ORTOPEDAGOGIK GANGGUAN PENGLIHATAN
 Layanan pendidikan dan rehabilitasi bagi penyandang gangguan penglihatan yag disertai gangguan lainnya

hhh.jpg
Oleh :

Ardila Prasetyo
Arise
Doni Pratama
Ridwan Bin Syafrial
Riza Febriyanti

PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2013




KATA PENGANTAR

Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang diambil dari salah satu materi perkuliahan ortopedagogik gangguan penglihatan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu  tugas mata kuliah ortopedagogik gangguan penglihatan. Penulis menyadari makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan  kritik dan saran yang menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

                                   
                                                                                                           
                                                                                                           



                                                                                   
                                                                                                            Padang , 24 April 2013


                                                                                                               Penulis,
                                                                                                                       
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... ..1
Daftar Isi............................................................................................................................... ..2

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang............................................................................................................3
1.2    Tujuan.........................................................................................................................3
1.3    Rumusan Masalah......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASA
2.1 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan pendengaran.................................................................................................................5
2.2 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan        intelektual...................................................................................................................7
2.3 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan fisik  dan        motorik........................................................................................................................8
2.4 Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan autistik...........10

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
3.2 Kritik dan Saran.........................................................................................................12

Daftar Pustaka....................................................................................................................  13




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
         
          Pendidikan sangatlah penting, baik itu pendidikan bagi anak normal maupun pendidikan bagi anak dengan berkebutuhan khusus. Khususnya dalam pembahasan makalah ini yaitu layanan pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yang disertai dengan ketunaan lainnya.Oleh karena itu setiap orang wajib mendapatkan layanan pendidikan tanpa terkecuali seperti yang telah diatur dalam UU begitu juga dengan anak tunanetra yang mengalami ketuna gandaan .

1.2  Tujuan

Tujuan dari makalah ini dalah agar kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengetahui bagaimana layanan yang harus kita berikan bagi anak berkebutuhan khusus khususnya anak dengan gangguan pengkihatan yang disertai dengan ketunaan lainnya atau yang disebut dengan tunaganda.

1.2  Rumusan Masalah
           
            Rumusan masalah dari observasi yang kami lakukan adalah bagaimana pelayanan pendidikan yang diberikan kepada anak tunanetra yang memiliki ketunanetraan lainnya.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Ketunagandaan
            Menurut Johnston Tuna ganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.
Departemen Pendidikan Amerika Serikat memberikan pengertian anak-anak yang tergolong tunaganda adalah anak-anak yang karena mempunyai masalah-masalah jasmani, mental atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari beberapa masalah tersebut, sehingga agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal memerlukan pelayanan pendidikan sosial, psikology dan medis yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa secara umum. 
Jadi, tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.

Anak tunaganda biasanya menunjukkan fenomena-fenomena perlaku di antaranya :
1. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi.

2. Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat.
3. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan.
4. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
5. Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.
6. Kecenderungan lupa akan keterampilan keterampilan yang sudah dikuasai.
7. Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan keterampilan keterampialan dari suatu situasi ke situasi lainnya.






2.2     Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan           pendengaran
            Anak buta-tuli adalah seorang anak yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang menyebabkan problema komunikasi dan problema perkembangan pendidikan lainnya yang berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan baik di sekolah yang melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang melayani untuk anak-anak buta. Namun demikian, bukan berarti anak buta-tuli harus dirampas haknya untuk mendapatkan layan pendidikan. Dengan penangan yang baik dan tepat, anak-anak buta-tuli masih bisa dididik dan berhasil. Anak-anak yang tergolong tunaganda seringkali memiliki kombinasi-kombinasi ketidakmampuan yang tampak nyata maupun yang tidak begitu nyata dan keduanya memerlukan penambahan-penambahan atau penyesuaian-penyesuaian khusus dalam pendidikan mereka. Melalui program pengajaran yang sesuaiakan memungkinkan mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna, bermakna, dan memuaskan pribadinya.
             Kelainan Utama tunanetra yang mengalami ketunarunguan adalah dua kelainan utama itu yang menyebabkan anak mengalami gangguan, maka dalam memberikan pelayanan pendidikan, indra yang masih baik kondisinya memperoleh perhatian utama untuk difungsikan yaitu indra peraba atau tangan. Bagi anak seperti ini, maka saluran penglihatan digunakan untuk membentuk sistem komunikasi berdasarkan isyarat ejaan jari yang diletakkan pada telapak tangan anak. Anak buta-tuli adalah seorang anak yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, suatu gabungan yang menyebabkan problema komunikasi dan problema perkembangan pendidikan lainnya yang berat sehingga tidak dapat diberikan program pelayanan pendidikan baik di sekolah yang melayani untuk anak-anak tuli maupun di sekolah yang melayani untuk anak-anak buta. Namun demikian, bukan berarti anak buta-tuli harus dirampas haknya untuk mendapatkan layan pendidikan. Dengan penangan yang baik dan tepat, anak-anak buta-tuli masih bisa dididik dan berhasil. Anak-anak yang tergolong tunaganda seringkali memiliki kombinasi-kombinasi ketidakmampuan yang tampak nyata maupun yang tidak begitu nyata dan keduanya memerlukan penambahan-penambahan atau penyesuaian-penyesuaian khusus dalam pendidikan mereka. Melalui program pengajaran yang sesuaiakan memungkinkan mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna, bermakna, dan memuaskan pribadinya.

Layanan pendidikan dan rehabilitasi yang diberikan adalah :
1.      Memberikan layanan komunikasi , agar anak dengan gangguan ini setidaknya mampu   untuk berkomunikasi dengan orang yang ada di lingkungan sekitarnya . Komunikasi ini bisa dilakukan dengan bahasa isyarat yang diejakan di telapak tangan tunanetra-tuli.
2.      Alat pendidikan bagi tunanetra terdiri dari : Alat pendidikan khusus, alat Bantu peraga dan alat peraga.

a. Alat Pendidikan Khusus :Reglet dan pena,Mesin tik Baille,Printer Braille,abacus
b. Alat Bantu
               Alat bantu perabaan (buku-buku, air panas/dingin, batu, dsb)
               Alat Bantu pendengaran (kaset, CD, talkingbooks) 
c. Alat Peraga
Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan.(patung hewan, patung tubuh manusia , peta timbul)

3.      Layanan Pendidikan



1. Jenjang Pendidikan dan lama pendidikan :
a. TKKh/TKLB : 3 tahun
b. SDKh/SDLB : 6 tahun
c. SMPKh/SMPLB : 3 tahun
d. SMAKh/SMALB : 3 tahun



2. Model Pendidikan
a. Pendidikan Khusus (SLB)
Pendidikan Khusus (SLB) adalah lembaga pendidikan yang menyeleng-garakan program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
b. Guru Kunjung
Model guru kunjung dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan bagi anak tunanetra usia sekolah. Model ini diberlakukan dalam hal anak tunanetra tidak dapat belajar di sekolah khusus atau sekolah lainnya karena tempat tinggal yang sulit dijangkau, jarak sekolah dan rumah terlalu jauh, kondisi anak tunanetra yang tidak memungkinkan untuk berjalan, menderita berkepanjuangan , dan lain-lain.




2.3     Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan           intelektual
Pendekatan layanan pendidikan bagi anak tunagrahita-tunanetra lebih diarahkan pada pendekatan individual dan pendekatan remediatif . Pendekatan individual  didasarkan pada assesment kemampuan untuk mengembangkan sisa potensi yang ada dalam dirinya. Tujuan utama layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah penguasaan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mengelola diri sendiri. Untuk mencapai itu perlu pembelajaran mengurus diri sendiri dan pengembangan keterampilan vocational terbatas sesuai kemampuannnya.
Layanan pendidikan khusus bagi anak tunagrahita meliputi latihan sensomotorik, terapi bermain dan okupasi, dan latihan mengurus diri sendiri. Pendekatan pembelajaran dilakukan secara individual dan remediatif. Perkembangan kemampuan anak berdasarkan tingkat kemampuan kognitifnya. Anak yang ber IQ 55 - 70   berbeda dengan yang ber IQ 35 – 55. Sehingga dalam sebaran IQ tersebut juga  berbeda dalam layanan masing-masing.

Pelayanan pendidikan bagi anak tunagrahita/retadasi mental dapat diberikan pada:
1.      Sekolah Khusus
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita-tunanetra model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus.

2.         Program sekolah di rumah
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita-tunanetra yang tidak mampu mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.



3.      Panti (Griya) Rehabilitasi
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal :
a.    Pengenalan diri
b.    Sensorimotor dan persepsi
c.    Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)
d.    Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi
e.    Bina diri dan kemampuan sosial

2.4     Pelayanan pendidikan gangguan penglihatan yang disertai gangguan          fisik dan motorik
Layanan pendidikan yang spesifik bagi anak tunadaksa-tunanetra adalah pada bina gerak. Untuk memberikan layanan bina gerak yang tepat diperlukan dukungan terapi, khususnya fisioterapi untuk memulihkan kondisi otot dan tulang anak agar tidak semakin menurun kemampuannnya. Selain itu dukungan untuk bina diri diperlukan terapi okupasi dan bermain. layanan pendidikan bagi anak tunadaksa perlu memperhatikan tiga hal, yaitu :
a. Pendekatan multidisipliner dalam program rehabilitasi anak tunadaksa
b. Program pendidikan sekolah
c. Layanan bimbingan dan konseling




Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa-tunanetra diberikan pada:
1.      Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah.
2.       Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal diasrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit asrama. Bentuk satuan pendidikannyapun juga sama dengan bentuk SLB di atas, sehingga ada SLB-A untuk anak tunanetra, SLB-B untuk anak tunarungu, SLB-C untuk anak tunagrahita, SLB-D untuk anak tunadaksa, dan SLB-E untuk anak tunalaras, serta SLB-AB untuk anak tunanetra dan tunarungu.
Pada SLB berasrama, terdapat kesinambungan program pembelajaran antara yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.

3.   Fasilitas pendukung pendidikan yang berkaitan dengan diri anak adalah :
a.    Brace
Brace merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk memperkuat otot dan tulang. Biasanya digunakan di kaki, punggung atau dileher. Fungsim brace berguna untuk menyangga beban yang tertumpu pada otot atau tulang.
b.    Crutch
Kruk adalah alat penyangga tubuh yang ditumpukkan pada tangan atau ketiak untuk menyangga beban tubuh.
c.    Splint
Splint adalah alat untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota tubuh yang sakit tidak salah bentuk.
d.   Whell chair
Menurut bentuknya kursi roda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu  kursi roda yang roda besarnya di depan dan kursi roda yang roda besarnya di belakang. Kursi roda yang roda besarnnya di depan dapat berputar di tempat yang sempit. Kursi roda yang roda besarnya di belakang dapat masuk ke kolong tempat tidur, sehingga memudahkan untuk berpindah tempat.
Selain fasilitas pendukung tersebut di atas, fasilitas lain yang mendukung pendidikan untuk anak tunadaksa adalah ruangan terapi dan peralatan terapi. Terapi yang berkaitan langsung dengan anak tunadaksa adalah fisioterapi terapi bermain, dan terapi okupasi.


BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan

            Meskipun memeliki berbagai macam keterbatasan-keterbatasan dalam mengekspresikan kemampuannya, anak-anak tunaganda tetap dapat diberikan proses belajar mengajar sehingga mereka tetap tidak kehilangan haknya untuk mendapatkan layanan pendidikan seiring dengan program “education for all”. Tes inteligensi tradisional kurang manfaatnya untuk mengukur anak tunaganda. Untuk itu, para guru perlu mengamati kemampuan-kemampuan yang unik serta keterbatasan-keterbatasan yang diperlihatkan oleh anak-anak tunaganda. Walaupun setiap anak memperlihatkan karakteristik individual yang berkaitan dengan fisik, intelektual dan social, anak-anak tunaganda seringkali memperlihatkan perilaku seperti: sedikit atau tidak dapat berkomunikasi, terbelakang dalam perkembangan fisik dan motoriknya, sering berprilaku yang tidak tepat, kurang dalam ketrampilan menolong diri sendiri dan jarang berprilaku atau berinteraksi yang sifatnya konstrutif. Walaupun terdapat banyak kemungkinan kombinasi kecacatan yang berbeda-beda, kondisi-kondisi kecacatan majemuk sudah dikenal oleh para pendidik, seperti kombinasi antara tunagrahita dengan gangguan pendengaran, antara tunagrahita dengan masalah perilaku yang berat, autisme, antara gangguan perilaku dengan gangguan pendengaran dan kombinasi antara ketulian dan kebutaan. Untuk mengatasi masalah anak tunaganda diperlukan tindakan menggunakan pendekatan multidisipliner. 

3.2Kritik dan Saran

            Dengan ditulisnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi yang membutuhkan makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA